Home / OPINI / Regional

Senin, 27 Mei 2024 - 12:59 WIB

Rekomendasi Kebijakan (Policy Brief) dalam Implementasi Safety Leadership pada sektor Konstruksi yang disusun oleh A.Wahyuni, salah satu mahasiswa S3 Kesehatan Masyarakat FKM Unhas

Doc. Implementasi Safety Leadership pada sektor Konstruksi (Istimewa)

Doc. Implementasi Safety Leadership pada sektor Konstruksi (Istimewa)

Di era industrialisasi saat ini, konstruksi menjadi salah satu sektor industri terbesar dan paling cepat perkembangannya. Industri konstruksi memiliki peranan yang penting dalam memajukan suatu negara, dimana pembangunan yang sukses akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di lain sisi, industri konstruksi menjadi salah satu sektor industri yang memiliki risiko kerja yang tinggi dan memiliki reputasi buruk dalam hal tingkat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan kehilangan jam kerja.

Penyebab paling dominan masalah ini adalah faktor perilaku pekerja terkait keselamatan yang belum berjalan maksimal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit pada pekerja konstruksi. Namun hal ini belum terbilang berhasil dalam menekan angka kecelakaan kerja pada sektor konstruksi.

Doc. Safety Leadership (Istimewa)

Faktor kepemimpinan harus diperhatikan jika suatu organisasi ingin mengubah perilaku keselamatan pekerjanya secara aktif. Perilaku pemimpin yang memberikan motivasi dalam hal keselamatan, menunjukkan kepedulian terhadap keselamatan, serta menetapkan aturan terkait keselamatan diketahui mampu memberikan dampak pada peningkatan perilaku aman pekerja. Penerapan safety leadership memainkan peran kunci dalam upaya pencegahan kecelakaan di industri. Oleh karena itu perlu integrasi model kepemimpinan keselamatan (safety leadership) ke dalam model kepemimpinan di sektor konstruksi yang memprioritaskan keselamatan dan memimpin dengan teladan serta menginspirasi karyawan untuk mengadopsi praktik keselamatan sehingga perusahaan dapat menciptakan budaya keselamatan yang kuat dan efektif dalam mengurangi risiko kecelakaan.

Baca Juga  Pelatihan Pembuatan Filtrasi Air Sederhana sebagai Intervensi Non Fisik untuk Mengatasi Masalah Air Bersih oleh Mahasiswa PBL II FKM Unhas

Tujuan Policy Brief ini adalah untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan konstruksi atau pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan dan menerapkan safety leadership.

Implementasi safety leadership melibatkan langkah-langkah konkret  seperti :

  • Pembentukan budaya keselamatan yang kuat pada setiap proyek konstruksi.

Salah satu langkah utama dalam implementasi safety leadership adalah menciptakan budaya keselamatan yang kuat di tempat kerja. Pemimpin harus memimpin dengan contoh yang baik dalam memprioritaskan keselamatan, mengkomunikasikan pentingnya keselamatan secara terus-menerus, dan mendorong karyawan untuk mengadopsi perilaku keselamatan dalam setiap aspek pekerjaan mereka.

  • Pengembangan keterampilan dan kesadaran keselamatan pada pekerja sektor konstruksi. 

Pemimpin harus menyediakan pelatihan dan pendidikan keselamatan kepada karyawan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang risiko potensial di tempat kerja dan cara mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Pelatihan tersebut juga dapat mencakup pemahaman terhadap peraturan keselamatan, penggunaan alat pelindung diri, dan tindakan darurat.

  • Komunikasi yang terbuka dan teratur antar pekerja konstruksi. 
Baca Juga  FKM UNHAS Gelar Workshop Penyusunan Kurikulum Profesi Kesehatan Masyarakat (Kesmas)

Penting bagi pemimpin untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan teratur tentang keselamatan di tempat kerja. Hal ini mencakup memberikan umpan balik secara teratur kepada karyawan tentang perilaku keselamatan mereka, menyampaikan informasi tentang risiko baru atau perubahan kebijakan keselamatan, dan mendengarkan masukan dari karyawan tentang cara meningkatkan keselamatan.

  • Penyediaan Sumber Daya dan Dukungan. Pemimpin harus menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung inisiatif keselamatan, termasuk peralatan keselamatan yang sesuai, pelatihan yang diperlukan, dan bantuan teknis jika diperlukan. Mereka juga harus memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada karyawan untuk mematuhi praktik keselamatan.
  • Pengawasan dan Pemantauan pada sektor konstruksi. Pemimpin harus secara teratur memantau kepatuhan karyawan terhadap aturan keselamatan, menganalisis tren kecelakaan, dan mengidentifikasi area-area di tempat kerja yang memerlukan perbaikan. Mereka juga harus mengambil tindakan yang tepat untuk menanggapi pelanggaran keselamatan atau kondisi yang tidak aman.

Pemberian Penghargaan dan Pengakuan pada pekerja konstruksi. Pemimpin harus mengakui dan memberikan penghargaan kepada karyawan yang menunjukkan perilaku keselamatan yang baik. Ini dapat mencakup penghargaan formal, pujian publik, atau insentif lainnya untuk mendorong karyawan untuk terus memprioritaskan keselamatan dalam pekerjaan mereka.

Share :

Baca Juga

Berita

Posko 28 PBL II FKM UNHAS Sukses Selenggarakan Seminar Awal, Menghadirkan Program Edukasi Kreatif dan Pemanfaatan Teknologi Untuk Mencegah HIV/AIDS

Berita

Mahasiswa KKNT Unhas Desa Gantarang, Sinjai, Ajak Pelaku UMKM Optimalkan QRIS

Berita

Seminar Nasional AIPTKMI: Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Literasi Digital Kesehatan

Berita

Peningkatan Awareness HIV AIDS Di Desa Coppo Tompong Melalui Pemasangan Media Edukasi Poster Oleh Mahasiswa PBL II FKM UNHAS

Berita

KKNT Posko 1 Desa Pamatata Gelar Seminar Program Kerja: Akselerasi Penurunan Stunting di Kabupaten Kepulauan Selayar

Berita

Seminar Awal PBL III FKM Unhas Sukses Digelar di Posko 20 Desa Pitue

Berita

Optimalkan Lingkungan Hidup: Sosialisasi Efektif Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos

Berita

Posko 31 PBL FKM Unhas dan Puskesmas Minasate’ne Sukses Berkolaborasi Lawan Hipertensi: Senam Sehat Anti Hipertensi pada Kelompok Berisiko