Stunting menjadi isu kesehatan yang sangat sering dibicarakan belakangan ini. Dampak stunting yang begitu besar mendorong berbagai pihak melakukan kolaborasi untuk percepatan penurunan stunting.
Tak terkecuali Universitas Hasanuddin, yang juga melakukan pendampingan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bantaeng bekerjasama dengan BKKBN. Komposisi tim ini berasal dari Program Studi Ilmu Gizi (Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D dan Safrullah Amir, S.Gz., MPH), Ilmu Kedokteran Masyarakat (Dr. dr. Sri Ramadhani, M.Kes), dan Kesehatan Masyarakat (Muhammad Rachmat, SKM., M.Kes). Kegiatan pendampingan yang dilakukan meliputi Pelatihan Emo Demo dan Pelatihan Kader untuk Pendampingan Ibu Baduta yang menyasar kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang ada di 2 desa lokus stunting, yaitu Desa Pajukukang dan Desa Borongloe.
Pada tanggal 5-6 Agustus 2023 telah diselenggarakan “Pelatihan Kader untuk Pendampingan Ibu Baduta” untuk meningkatkan kapasistas kader dalam mendampingi ibu hamil maupun baduta yang terindikasi/berisiko mengalami permasalahan terkait gizi. Di awal kegiatan ini Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D selaku ketua tim menyampaikan bahwa Tiga Srikandi yang terdiri dari Kader PKK, Kader KB, dan Bidan Desa menjadi garda terdepan yang diharapkan dapat melakukan pendampingan pada keluarga yang mengalami gizi kurang dan stunting sehingga perlu dibekali dengan pemahaman yang memadai.
Kegiatan juga dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bantaeng. Dalam sambutannya beliau menyampaikan beberapa hal terkait inovasi dan berbagai kegiatan kolaborasi yang tengah dilakukan Kabupaten Bantaeng dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari ini diikuti oleh kader sebanyak 6 orang. Pada hari pertama (Sabtu 5/8) dilakukan pendalaman materi di Balai KB kecamatan Pajukukang terkait Stunting, Wasting, MP-ASI, dan Pola Asuh. Kemudia pada hari kedua (Minggu, 6/8) dilakukan praktik langsung, dengan mengunjungi sasaran yang mengalami masalah gizi. Pada pelaksanaannya dilakukan wawancara, pengukuran antropometri, dan observasi untuk menggali penyebab terjadinya masalah gizi pada Balita untuk selanjutnya digunakan dalam perumusan rekomendasi dan tindak lanjut.
Kegiatan ini ditutup dengan pemberian post-test untuk mengukur keberhasilan dan efektivitas pelatihan yang telah dilaksanakan. Selanjutnya masing-masing kader akan mengimplementasikan hal yang telah diperoleh selama pelatihan dengan melakukan pendampingan minimal 5 Baduta di wilayah kerjanya masing-masing. Kegiatan pendampingan ini tetap akan melibatkan tim dari perguruan tinggi, yaitu Musfira, S.Gz selaku supervisor yang secara intensif berada di lapangan.