Jeneponto, 26 Juni 2025 – Mahasiswa Posko 27 Praktik Belajar Lapangan (PBL) III Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung kesehatan generasi muda melalui penyelenggaraan edukasi non-fisik terkait Kekurangan Energi Kronik (KEK) bagi remaja putri. Posko 27 PBL III FKM Unhas ini juga melakukan evaluasi intervensi edukasi tentang KEK, yang mencakup pemahaman mengenai definisi, faktor risiko, dampak, serta langkah pencegahannya dan keterkaitannya dengan stunting. Kegiatan tersebut dilaksanakan di SMP 5 Tamalatea serta di rumah Posko 27 yang berlokasi di Desa Turatea, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto.
Posko 27 PBL FKM Unhas berada di bawah bimbingan langsung Dosen Supervisor Ryza Jazid Baharuddin Nur, SKM., MKM. Posko ini beranggotakan mahasiswa dari berbagai departemen, yaitu Rabitatul Azmi dari Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK); Naurah Attaya Rahmah dari Departemen Epidemiologi; Ruth Indah Sari Simamora dari Departemen Kesehatan Lingkungan; Joanova Kezia Sinay dari Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK); Lutfiyah Mardatillah dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); Sri Nurmasita dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); serta Nurawaliyah Pasha Dewi dari Departemen Manajemen Rumah Sakit.
Kegiatan evaluasi edukasi Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang digelar oleh Posko 27 PBL FKM Unhas diikuti oleh lima siswi kelas 8-2 SMP 5 Tamalatea pada 26 Juni 2025, serta dilanjutkan pada 28 Juni 2025 bersama tujuh remaja putri Desa Turatea di rumah Posko 27. Kegiatan ini diawali dengan pengisian daftar hadir peserta dan sesi penyegaran materi mengenai KEK yang sebelumnya telah disampaikan yang mencakup pemahaman KEK sebagai kondisi kekurangan asupan energi jangka panjang yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Peserta dievaluasi mengenai faktor risiko KEK, antara lain pola makan yang tidak seimbang, kebiasaan diet yang keliru, dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya asupan gizi. Selain itu, evaluasi ini menyoroti dampak serius KEK terhadap kesehatan remaja putri, termasuk menurunnya kemampuan belajar, risiko anemia, gangguan kesehatan reproduksi, hingga kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah yang berpotensi mengalami stunting.
Hasil evaluasi pasca program intervensi menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di Desa Turatea masih mampu memahami dengan baik materi edukasi mengenai Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang pernah diberikan sebelumnya. Evaluasi ini dilakukan sebagai tindak lanjut untuk mengukur dampak kegiatan edukasi yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa kesehatan. Dalam kegiatan penilaian pasca intervensi tersebut, para remaja putri dinilai masih menguasai pemahaman tentang pengertian KEK, faktor risiko, serta dampak kesehatan yang mungkin timbul akibat kondisi tersebut. Hasil ini menjadi indikator positif bahwa materi edukasi yang diberikan sebelumnya cukup efektif dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran program.
Dalam evaluasi, peserta juga diuji pemahamannya terkait langkah-langkah pencegahan KEK, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari diet ekstrem, dan rutin memeriksa status kesehatan maupun gizi. Program intervensi ini sekaligus mendukung pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 2, yakni mengakhiri kelaparan, meningkatkan ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi, serta mendorong praktik pertanian berkelanjutan yang diharapkan dapat memperluas akses pangan bergizi bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, remaja putri, serta masyarakat kurang mampu, sehingga tercipta masyarakat yang sehat dan produktif.
Antusiasme peserta tampak sepanjang kegiatan berlangsung. Salah seorang siswi SMP 5 Tamalatea menyampaikan, “Saya sudah sedikit paham mi dengan apa itu KEK!”, mencerminkan kesadaran yang mulai terbangun terkait hubungan KEK dengan risiko stunting. Salah satu remaja putri lainnya, Pinky, juga mengungkapkan tekadnya, “Harus ki banyak makan sayur dan telur lagi,” sebagai bentuk komitmen untuk memperbaiki pola makan. Melalui kegiatan ini, diharapkan para remaja putri dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya dalam menurunkan angka KEK dan stunting lewat peningkatan pengetahuan dan perilaku hidup sehat.