Perilaku merokok saat ini menjadi kebiasaan yang dipandang sangat wajar oleh masyarakat Indonesia. Perilaku merokok menjadi badai yang melanda berbagai kalangan, khususnya pada kalangan remaja masa kini. Prevalensi perokok remaja di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2007, perokok remaja dengan rentang usia 15-19 tahun sebanyak 33,1% kemudian naik menjadi 43,3% pada tahun 2010.
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Keinginan untuk diakui sebagai orang dewasa ikut andil dalam mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Kebanyakan remaja mencoba rokok karena iseng dan terbawa pengaruh lingkungan pergaulan. Kadang kala juga remaja akan dianggap lemah jika menolak ajakan temannya. Pergaulan remaja biasanya dibangun dengan rasa keterikatan yang sangat kuat sehingga remaja dalam kelompoknya akan saling mendukung perilaku satu sama lain tanpa berpikir secara matang. Awalnya bersembunyi dibalik kalimat hanya ingin mencoba menjadi terpupuk dalam kebiasaan.
Masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Remaja akan cenderung mengeksplor hal-hal baru untuk membangun citra diri. Mulai dari cara berpakaian, lingkungan pertemanan, hingga cara berperilaku. Namun, sifat remaja yang masih labil dapat menjadikan remaja terjerumus ke dalam perilaku yang negatif termasuk dalam hal ini perilaku merokok.
Perilaku merokok tidak pernah surut di setiap sudut negeri ini. Bahkan hampir setiap saat kita dapat menjumpai orang yang merokok. Tak pandang tempat hingga lingkungan pendidikan yang seharusnya bebas dari asap rokok pun sudah tidak asing dengan pekatnya asap rokok. Remaja masa kini bahkan dengan percaya dirinya merokok dengan menggunakan seragam. Sungguh ironis jika membayangkan hal yang justru berbahaya malah dianggap lumrah oleh kalangan remaja. Hal yang seharusnya justru dihindari malah menjadi gaya hidup yang dinikmati remaja negeri ini.
Beragam alasan mendasari perilaku merokok remaja. Mereka merokok karena merasa senang ketika merokok dan rokok menjadi pelampiasan untuk mengurangi perasaan negatif. Ada pula yang merokok karena terlanjur kecanduan dan kebiasaan.
Berbagai dampak jangka pendek seperti batuk dan mual maupun jangka panjang seperti penyakit paru kronis dan kanker mulut dari konsumsi rokok mengancam kesehatan remaja. Produktivitas remaja akan menurun karena rokok dapat menyebabkan gejala seperti sulit fokus, penurunan daya tangkap, kurang aktif, gangguan kecemasan bahkan depresi. Jika perilaku merokok terus menerus dilakukan remaja maka tentu saja akan berdampak pada masa tua nanti.
Padahal kebanyakan remaja sudah tahu bahaya merokok terhadap kesehatan. Mereka tahu dengan jelas bahwa rokok tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga orang-orang disekitar mereka. Informasi terkait dampak buruk rokok bahkan sudah tertera jelas pada kemasannya namun mereka justru seakan menutup mata dengan alasan ingin menikmati masa muda.
Pemikiran remaja yang cenderung acuh dan tak berpikir panjang menjadikan perilaku merokok sebagai gaya hidup bukan bahaya hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menurunkan prevalensi perokok remaja di Indonesia. Perlu diambil langkah untuk menumbuhkan kesadaran kalangan remaja terkait dengan bahaya dari perilaku merokok. Peran serta dari pemerintah, tenaga kesehatan, tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan masa tua dari remaja negeri ini karena lebih baik mencegah daripada mengobati dan lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.