Bontosunggu, 6 Agustus 2023 – Masalah kesehatan terkait rabies menjadi sorotan serius di Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir, kasus gigitan hewan yang berpotensi rabies melonjak tinggi, mencapai angka lebih dari 80.000, dengan rata-rata 68 kematian akibat penyakit ini. Menghadapi situasi yang mengkhawatirkan tersebut, mahasiswa dari Kelompok Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKNT) Gelombang 110 yang fokus pada Penurunan Stunting, mengambil langkah berani dengan mengadakan kampanye sosialisasi mengenai bahaya rabies secara langsung ke rumah-rumah penduduk, atau yang dikenal sebagai door-to-door. Selama kampanye ini, mereka membagikan poster informatif dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang ciri-ciri hewan rabies, dampaknya, serta pertolongan pertama pada korban yang terinfeksi rabies.
Poster-poster informatif disebarluaskan kepada masyarakat dan ditempelkan di toko-toko dan warung-warung, menciptakan jangkauan yang luas. Penanggung jawab utama kampanye ini adalah Mona Peronica Wahyuningtiyas, mahasiswa dari jurusan Ilmu Politik. “Melihat angka kasus rabies yang tinggi, terutama di wilayah Sulawesi Selatan, kami merasa penting bagi kami di Posko 2 untuk memberikan pengetahuan dasar kepada masyarakat Desa Bontosunggu, khususnya di Dusun Bontomanai dan Dusun Galung di mana kepemilikan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing sangat umum,” ujar Mohamad Fajar Irawan, koordinator desa.
Sasaran utama dari kampanye door-to-door ini adalah toko-toko, warung, dan warga yang sedang berkumpul. Informasi yang disampaikan meliputi definisi rabies sebagai penyakit infeksi akut yang serius, mampu mempengaruhi sistem saraf pusat pada manusia maupun hewan. Penularan penyakit ini biasanya terjadi melalui gigitan atau cakaran dari hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus ini dikenal dengan sebutan Lyssavirus dan umumnya menyebar melalui air liur hewan yang terjangkit. Jenis hewan yang paling umum terinfeksi dan menjadi sumber penularan rabies adalah anjing, kucing, monyet, rakun, rubah, dan kelelawar. Begitu masuk ke tubuh, virus rabies akan menyebar melalui sistem saraf pusat, menyebabkan peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, rabies dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian jika korban tidak segera mendapatkan penanganan medis.
Respon masyarakat setempat terhadap sosialisasi ini sangat positif, terutama ketika diinformasikan mengenai pentingnya mencuci luka yang mungkin terpapar virus rabies. Baik anak-anak maupun warga lanjut usia dengan antusias mendengarkan penjelasan dari mahasiswa. Selain itu, disampaikan juga bahwa masyarakat harus selalu waspada dan segera memberikan pertolongan pertama ketika tergigit hewan yang berpotensi penular rabies, dengan mencuci luka gigitan menggunakan sabun atau detergen dan air mengalir selama minimal 15 menit, serta memberikan antiseptik atau bahan serupa.
Nurinayah Arifin, salah satu anggota dari Posko 2, menambahkan, “Kami juga menghimbau masyarakat untuk segera mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan terdekat guna melakukan pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) serta Serum Anti Rabies (SAR). Keterlambatan dalam mengatasi rabies sering kali berujung pada kematian.”
Muhammad Rachmat, Deputi Koordinator KKNT Unhas dan juga seorang dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, menjelaskan urgensi dari kegiatan ini. Rabies, yang juga dikenal sebagai “penyakit anjing gila,” adalah infeksi virus yang sangat berbahaya dan dapat menyerang sistem saraf pada manusia dan hewan, termasuk anjing, kucing, dan kera. Menurutnya, 98% kasus rabies ditularkan oleh anjing, sedangkan sisanya ditularkan oleh kucing dan kera. Kegiatan sosialisasi ini menjadi langkah penting dalam memerangi penyebaran penyakit yang mematikan ini.