Saat ini musim hujan dan angin kencang telah melanda di seluruh wilayah, termasuk kelurahan Parangloe, Kota Makassar. Cuaca ekstrem telah melanda wilayah Kota Makassar dalam beberapa hari terakhir. Hujan deras yang disertai angin kencang menyebabkan berbagai dampak bagi masyarakat, khususnya di Kelurahan Parangloe.
Berdasarkan pengamat dan informasi Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) pada akhir Januari hingga awal Februari ini, penyebab utama cuaca ekstrem di seluruh wilayah Indonesia adalah terjadinya angin Monsun Asia secara bertahap meningkatkan curah hujan tinggi. Selain itu, hujan deras juga dipengaruhi oleh Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berada di fase 4 (Samudra Hindia Barat), La Nina yang lemah, serta aktivitas gelombang atmosfer yang mendukung perkembangan awan konvektif. Kombinasi di antara fenomena cuaca tersebut memperbesar potensi terjadinya bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, tanah longsor, serta angin kencang yang berisiko merobohkan pohon (01 Februari 2025).
Akibatnya, warga setempat semakin khawatir dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, karena dapat mengganggu mata pencaharian mereka. Hal ini terutama dirasakan oleh pekerja buruh harian dan pedagang yang bergantung pada penghasilan harian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Selain itu, hujan lebat juga berdampak pada ketahanan pangan, baik dari segi ketersediaan maupun akses masyarakat terhadap bahan pangan yang semakin terbatas.
Buruh harian, seperti yang dialami oleh banyak warga Parangloe RW 5, Kota Makassar, adalah pekerja yang tidak memiliki penghasilan tetap dan sangat bergantung pada kondisi cuaca untuk bisa bekerja. Saat hujan lebat melanda, mereka terpaksa tidak bekerja, yang berarti tidak ada pemasukan untuk hari itu. Akibatnya, mereka kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan dan keperluan rumah tangga lainnya. Kondisi ini sangat dirasakan oleh warga Parangloe RW 5, Kota Makassar, yang mayoritas bekerja sebagai buruh harian dan pedagang kecil.
“Kalau cuaca hujan begini, saya tidak bisa keluar untuk ngojek. Otomatis penghasilan harian juga ikut turun, jadi untuk makan seadanya saja, yang penting ada yang bisa dimakan,” ujar Bapak Basri, salah satu warga Parangloe RW 5 yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek.
Tentunya cuaca ekstrem ini tidak hanya berdampak pada pekerjaan, tetapi juga ketahanan pangan masyarakat Parangloe RW 5. Distribusi bahan pangan terganggu akibat banjir, sehingga pasokan ke pasar menjadi terbatas. Akibatnya, harga pangan pokok seperti beras, sayur, dan ikan mengalami lonjakan, yang semakin membebani buruh harian yang kehilangan pendapatan akibat cuaca buruk.
Ketika harga pangan naik sementara pendapatan berkurang, keluarga buruh harian terpaksa membeli makanan dengan harga lebih murah meskipun kandungan gizinya lebih rendah. Kondisi ini membuat mereka lebih rentan mengalami masalah kesehatan, terutama anak-anak dan ibu hamil yang sangat membutuhkan asupan gizi yang cukup. Tidak sedikit warga Parangloe RW 5 yang khawatir tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan keluarga mereka akibat berkurangnya pendapatan dan melonjaknya harga kebutuhan pokok. Hal ini berdampak pada kemungkinan terjadinya kelaparan di masyarakat tersebut.
Dengan begitu, para Mahasiswa Gizi FKM Unhas melalui kegiatan Evidence Based Learning (EBL) tahap 1 melakukan pengumpulan data langsung di lapangan dengan mendatangi rumah-rumah warga Parangloe RW 5. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan salah satu anggota rumah tangga untuk mengetahui pola makan sehari-hari. Kegiatan ini mencakup survei mengenai pola konsumsi, dan ketersediaan bahan pangan. Kemudian, data yang dikumpulkan akan menjadi dasar dalam perencanaan intervensi gizi yang lebih efektif guna meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan warga Parangloe RW 5.
Situasi ini memiliki keterkaitan yang erat dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 2, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, serta meningkatkan gizi masyarakat, khususnya warga Parangloe RW 5 yang terdampak cuaca ekstrem berkepanjangan. Kondisi ini semakin memperburuk ketimpangan akses pangan, terutama bagi masyarakat rentan, seperti buruh harian dan pedagang kecil yang bergantung pada penghasilan harian untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, warga Parangloe RW 5 sangat berharap adanya langkah strategis dari pemerintah dan pihak terkait untuk memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memperkuat sistem distribusi yang lebih tangguh serta menyalurkan bantuan pangan bagi masyarakat yang terdampak, sehingga mereka dapat bertahan di tengah kondisi sulit ini.