Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) kembali menunjukkan dedikasinya dalam menciptakan lulusan yang peka terhadap kondisi nyata dalam masyarakat melalui kegiatan Praktik Belajar Lapangan I (PBL I). Kegiatan ini merupakan bagian dari kurikulum yang berbasis pengalaman lapangan, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan analisis situasi dan penyelesaian masalah kesehatan masyarakat secara langsung di lapangan.
Selama dua minggu, delapan mahasiswa FKM Unhas angkatan 2023 menjalani PBL I di Desa Marioritengnga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng. Kelompok mahasiswa tersebut terdiri dari Muh. Dzulfikar Rezky Alim (Manajemen Rumah Sakit) sebagai Koordinator Desa, dan anggota lainnya: Dewi Angreani (Biostatistik/KKB), Alfiah Nurquraini Hasanuddin (Administrasi Kebijakan Kesehatan), Salsabila Zhahrina Iskandar (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), Cindyresta Bura (Kesehatan Lingkungan), Nur Hikmah (Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku), Nur Mauliridina Jafni (Administrasi Kebijakan Kesehatan), serta Arum Sitti Anisah (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Kegiatan ini dipandu langsung oleh supervisor, Siti Fatmala Rezeki, S.KM., M.K.M.
Kegiatan dimulai dengan penerimaan resmi di Kantor Camat Marioriwawo, kemudian mahasiswa diarahkan ke desa/kelurahan yang telah ditentukan. Di Desa Marioritengnga, kedatangan mahasiswa disambut oleh Kepala Desa, Andi Syamsul Bahri, S. IP, yang menyatakan dukungan penuh terhadap program PBL I sebagai bagian dari usaha pengembangan kesehatan yang berbasis masyarakat.
Selanjutnya, mahasiswa melaksanakan seminar awal untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan kegiatan kepada aparat desa, tokoh masyarakat, serta masyarakat umum. Seminar ini bertujuan untuk menjelaskan tujuan utama PBL, metode pelaksanaan, serta harapan untuk keterlibatan aktif masyarakat desa.
Langkah berikutnya adalah pengumpulan data primer dan sekunder dari 150 Rumah Tangga (RT) yang ada di seluruh desa. Data diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur dan kuesioner yang berfokus pada indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kondisi kesehatan lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Data sekunder diperoleh dari puskesmas setempat serta aparat desa.
Setelah pengumpulan data selesai, mahasiswa melakukan proses pengolahan dan analisis data secara kuantitatif, dengan menghitung persentase dari setiap indikator. Hasil analisis ini dipergunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat. FGD berfungsi sebagai forum dialog dua arah antara mahasiswa dan warga untuk mengidentifikasi serta memprioritaskan masalah kesehatan yang paling mendesak berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Dalam FGD ini, masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan keluhan, pengalaman, serta pandangan mereka mengenai kondisi kesehatan di sekitar mereka. Mahasiswa memfasilitasi diskusi agar isu yang muncul tidak hanya berdasar pada angka, tetapi juga mencerminkan kenyataan sosial dan budaya yang berlaku.
Tahapan akhir dari kegiatan ini adalah seminar akhir yang diselenggarakan untuk menyampaikan hasil prioritas masalah kesehatan kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa mempresentasikan ringkasan kondisi kesehatan yang diperoleh dari survei dan FGD. Beberapa masalah kesehatan yang berhasil diidentifikasi antara lain hipertensi, pengelolaan sampah, diare, dan sanitasi air yang mengandung zat kapur.
Kegiatan PBL I ini berjalan selama dua minggu, diakhiri dengan penyusunan laporan dan penyerahan dokumentasi kegiatan kepada pemerintah desa sebagai bentuk akuntabilitas dan keberlanjutan. Mahasiswa telah mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan kajian kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan partisipatif.
Selanjutnya, kegiatan ini akan berlanjut ke PBL II, di mana mahasiswa akan kembali ke desa untuk melakukan pemetaan aset berdasarkan masalah yang telah dipilih sebagai prioritas, sehingga proses pengabdian kepada masyarakat tidak terhenti di tahap identifikasi, tetapi terus berlanjut menuju pemberdayaan dan solusi yang nyata.
Kegiatan ini memiliki keterkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDGs 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera. karena mengedepankan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan cara mengenali isu kesehatan dan melibatkan masyarakat secara langsung dalam menemukan solusi. Tindakan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat, tetapi juga membangun fondasi untuk intervensi kesehatan yang berkelanjutan di waktu yang akan datang. Selain itu, kegiatan ini juga mendukung Asta Cita keempat Presiden Prabowo Subianto, yaitu “Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.” Dengan partisipasi langsung dari mahasiswa, dosen, pemerintah desa, dan masyarakat, kegiatan ini membantu menciptakan generasi yang cerdas, peduli, dan dapat berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan.