Makassar, 27 Februari 2025 – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin mengadakan kuliah tamu dengan topik “Antibody Characterization Methods for Investigating Infectious Disease Transmission: A Global Health Perspective” yang menghadirkan Dr. Whitney C. Weber peneliti dari Stanford University. Beliau seorang ahli imunologi yang berfokus pada Alphavirus terutama pada virus Chikungunya dan Mayato serta pengembangan vaksin Alphavirus dan imunitas yang diperantarai antibodi pada tikus, primata, dan manusia. Kuliah tamu ini berlangsung pada Kamis, 27 Februari 2025 dari jam 09.30 – 11.00 WITA yang berlokasi di Ruang K225, Lantai 2, FKM Universitas Hasanuddin.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Ansariadi, SKM.,M.Sc.PH.,Ph.D selaku Dosen Departemen Epidemiologi FKM Unhas sekaligus Direktur BIQUALIFE Research Group. Di awal kegiatan, Dr. Ansariadi mengungkapkan bahwa Dr. Whitney C. Weber akan membagikan wawasan mendalam mengenai teknik karakterisasi antibodi yang digunakan dalam penelitian penyakit menular, yang diharapkan menjadi kesempatan emas bagi mahasiswa, akademisi, dan peneliti karena kuliah tamu ini juga dihadiri langsung oleh 3 orang laboran yang sangat berpengalaman di laboratorium untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut mengenai peran antibodi dalam deteksi serta pengendalian penyakit infeksi yang berdampak global.
Dr. Whitney menjelaskan beberapa poin penting yang dibahas selama kuliah tamu yaitu terkait dengan metode karakterisasi antibodi yaitu ELISA dan uji netralisasi. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) untuk mendeteksi dan mengukur antibodi dalam sampel biologis, seperti plasma, serum, atau bercak darah kering. Tes ini membantu menentukan apakah antibodi terhadap suatu penyakit ada dalam tubuh (secara kualitatif) dan seberapa banyak jumlahnya (secara kuantitatif). ELISA dapat dirancang untuk mendeteksi berbagai jenis antigen atau fokus pada antigen spesifik, seperti protein virus tertentu. Metode ini banyak digunakan dalam surveilans dan diagnosis penyakit, serta untuk mengevaluasi efektivitas vaksin atau terapi dalam merangsang sistem kekebalan tubuh. Selain itu, ELISA juga dapat digunakan untuk mengukur respons imun lainnya, seperti kadar sitokin, serta untuk memperkirakan kadar hormon atau penanda tumor dalam tubuh.
Pemaparan ini memantik diskusi yang menarik bagi peserta Mahasiswa S2 dan S3 yang terlihat antusias untuk bertanya dan menggali lebih dalam terkait materi yang disajikan. Pada akhir sesi, diberikan sumarisasi pada topik yang dibahas bahwa menggunakan kombinasi metode karakterisasi antibodi penting untuk memahami respons imun secara lebih komprehensif dan Guest lecture kali ini mengusung topik yang berkaitan dengan SDGs 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) karena membantu memahami penyebaran penyakit menular melalui karakterisasi antibodi untuk pencegahan, diagnosis, dan pengendalian penyakit. Juga mendukung SDGs 4 (Pendidikan Berkualitas) dengan memberikan wawasan ilmiah kepada mahasiswa dan akademisi mengenai metode penelitian terbaru dalam imunologi. Kehadiran pakar dari Stanford University juga mencerminkan pentingnya SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), memperkuat kolaborasi global dalam penelitian kesehatan.