Sabtu,26 Oktober 2024-Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Pappalluang, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Pengolahan limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan adalah langkah inovatif yang tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menyediakan alternatif energi yang ramah lingkungan bagi masyarakat. Bayangkan sebuah desa di mana setiap bonggol jagung yang biasanya dibuang menjadi bahan berharga yang dapat memanaskan rumah, memasak makanan, atau bahkan digunakan untuk keperluan industri. Ini bukan sekadar ide, tetapi sebuah solusi nyata yang mampu menjawab tantangan energi yang dihadapi banyak komunitas saat ini.
Di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, pengolahan limbah pertanian, khususnya bonggol jagung, muncul sebagai alternatif menarik. Limbah jagung, yang sering dianggap remeh dan hanya menjadi tumpukan sampah, sebenarnya memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Namun, banyak masyarakat yang belum menyadari manfaat dan proses pengolahannya. Permasalahan yang muncul adalah ketergantungan pada sumber energi konvensional yang tidak ramah lingkungan dan dampak negatif dari limbah pertanian yang tidak terkelola. Dengan mengubah cara pandang dan pemanfaatan limbah ini, kita tidak hanya menciptakan energi yang bersih, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan limbah dan peningkatan ekonomi lokal.
Selama acara, peserta diberikan pelatihan tentang proses pengolahan bonggol jagung, termasuk teknik pembuatan briket yang efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, mereka juga mendapatkan informasi mengenai manfaat penggunaan briket sebagai alternatif energi, yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan membantu mengatasi masalah limbah di desa mereka.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif, di mana masyarakat berbagi pengalaman dan ide untuk mengimplementasikan pengolahan briket di rumah masing-masing. Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat Desa Pappalluang dapat mengoptimalkan sumber daya lokal dan meningkatkan kualitas hidup mereka dengan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Kabupaten Jeneponto, yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan, menghasilkan ribuan ton jagung setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian setempat, pada tahun 2023, produksi jagung mencapai sekitar 50.000 ton, menjadikannya komoditas penting bagi perekonomian lokal. Namun, dengan tingginya volume produksi, limbah yang dihasilkan, terutama bonggol jagung, juga menjadi masalah yang signifikan. Limbah ini seringkali dibuang begitu saja, menambah beban lingkungan dan menciptakan potensi polusi. Jika tidak dikelola dengan baik, bonggol jagung dapat menyebabkan penumpukan sampah di lahan pertanian dan area sekitarnya, yang berpotensi mengganggu ekosistem. Oleh karena itu, pengolahan limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan tidak hanya berpotensi mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi petani dan masyarakat, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berkelanjutan.
Inisiatif ini sangat relevan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Dengan memanfaatkan limbah bonggol jagung, masyarakat dapat mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya, yang mendukung praktik pertanian berkelanjutan. Selain itu, pengolahan limbah ini berkontribusi pada SDG 13, yang menekankan tindakan terhadap perubahan iklim, melalui penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. SDG 15, yang berfokus pada kehidupan di darat, juga terhubung, karena pengelolaan yang baik atas limbah pertanian dapat mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem lokal dan meningkatkan kualitas tanah. Melalui langkah-langkah ini, Desa Pappalluang, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga berperan aktif dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas
Meskipun pengolahan limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan memiliki banyak manfaat, penentangan terhadap metode ini tetap mungkin terjadi. Beberapa masyarakat mungkin meragukan efektivitas briket dalam menggantikan bahan bakar tradisional, seperti kayu bakar atau batu bara, yang telah digunakan selama bertahun-tahun. Kekhawatiran juga bisa muncul terkait kualitas dan kinerja briket dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Selain itu, jika proses pengolahan dianggap rumit atau memerlukan biaya awal yang tinggi, masyarakat bisa jadi enggan untuk berinvestasi. Faktor budaya juga memainkan peran; beberapa orang mungkin merasa lebih nyaman dengan cara-cara lama yang sudah dikenal. Terakhir, jika tidak ada dukungan yang memadai dalam hal pelatihan dan akses terhadap teknologi, hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan resistensi terhadap perubahan yang diusulkan.
Pengolahan limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi terbarukan merupakan solusi inovatif yang menawarkan manfaat ganda bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan mengubah limbah yang sering dianggap remeh menjadi sumber energi yang berguna, kita dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Desa Pappalluang oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengolahan limbah, tetapi juga memberikan keterampilan praktis yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, berkontribusi pada pengelolaan sumber daya yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta mendukung keberlanjutan pertanian di Kabupaten Jeneponto.