Kassiloe, 26 Juni 2023 – Mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, yang merupakan peserta Praktik Belajar Lapangan (PBL) III, telah mengadakan seminar akhir di Aula Kantor Desa Kassiloe. Seminar akhir ini bertujuan untuk memaparkan hasil evaluasi program intervensi yang berkaitan dengan masalah prioritas kesehatan yang diidentifikasi pada pelaksanaan PBL I sebelumnya.
Dalam sambutannya, Fatin Salsabila Putri Yuki, Koordinator PBL III Posko 27 Desa Kassiloe, memohon maaf apabila terdapat kata-kata atau tindakan yang mungkin menyinggung perasaan perangkat desa maupun masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PBL. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada seluruh perangkat desa dan masyarakat karena telah hangat menyambut kedatangan mahasiswa FKM Unhas untuk melaksanakan PBL III.
Fatin tidak lupa menyampaikan harapannya kepada semua peserta seminar agar program yang telah terlaksana dapat terus berlanjut, dan barang-barang intervensi fisik yang telah dipasang di beberapa lokasi tetap dijaga dan dirawat agar manfaatnya selalu dirasakan oleh masyarakat setempat.
Pak Suriadi, SH, selaku Kepala Desa Kassiloe, memberikan tanggapan yang baik terhadap kegiatan pemaparan hasil evaluasi yang akan dilakukan oleh peserta PBL III FKM Unhas. Beliau berharap masyarakat desa bersedia mengubah perilaku sesuai dengan informasi kesehatan yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan PBL, serta selalu memperhatikan kondisi kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Beliau juga menegaskan bahwa meskipun PBL III merupakan kegiatan PBL terakhir, bukan berarti hubungan antara mahasiswa PBL dan masyarakat desa Kassiloe berakhir. Beliau berharap agar mahasiswa PBL FKM Unhas tidak ragu untuk berkunjung kembali ke Desa Kassiloe guna melihat perkembangan kesehatan di desa tersebut.
Selanjutnya, Kris Adi Nugraha, salah satu anggota tim Posko 27, memaparkan hasil evaluasi program intervensi yang telah dilakukan oleh peserta PBL III. Hasil evaluasi tersebut mencakup penyuluhan HIV-AIDS, edukasi tentang pentingnya SPAL, pelatihan pembuatan lilin dari minyak jelantah, penyuluhan kebiasaan berolahraga, penyuluhan pengurangan dan pengolahan sampah, penyuluhan pengenalan ISPA pada balita, penyuluhan pencegahan hipertensi, papan wicara terkait lamanya sampah terurai, poster pencegahan HIV-AIDS, dan poster pencegahan hipertensi, yang semua berjalan lancar dan berhasil.
Namun, program pembagian masker dalam rangka pencegahan ISPA dinilai kurang efektif karena hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa masyarakat tidak menggunakan masker secara efektif. Sebagai upaya rekonstruksi program, dibuatlah stiker “Cegah Asap Rokok Cegah ISPA pada Balita” yang akan didistribusikan door to door di rumah-rumah yang memiliki balita, serta memberikan pemahaman singkat tentang dampak asap rokok pada balita. Seluruh kegiatan ini juga berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 6 mengenai air bersih dan sanitasi.
Setelah pemaparan hasil evaluasi, dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pada sesi ini, Pak Budi selaku Babinsa Desa Kassiloe memberikan beberapa saran untuk rekonstruksi program. Di akhir sesi diskusi, Kepala Desa Kassiloe mengumumkan rencananya untuk mendirikan beberapa pojok rokok di desa tersebut dan mengharapkan partisipasi mahasiswa PBL III dalam merancang konsep pojok rokok yang nyaman dan sesuai.