Kelurahan Bontorannu kembali kedatangan mahasiswa PBL FKM Unhas dalam rangka melanjutkan praktik belajar lapangan yang sebelumnya sudah dilaksanakan sebanyak dua kali. Kepala Kelurahan Bontorannu, Muh. Tamsil Bani, S.Ag., M.Pd., telah membuka secara resmi seminar awal yang digelar di Kantor Kelurahan Bontorannu, Nasara Luar, Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto pada Selasa 24 Juni 2025. Kegiatan seminar awal PBL III ini dihadiri oleh Babinsa, perangkat kelurahan, bidan pustu, imam Kelurahan Bontorannu, para kepala lingkungan, imam lingkungan, serta kader posyandu, dan tokoh masyarakat lainnya yang turut memberikan dukungan terhadap kegiatan ini.
Dian Tri Hapsari, selaku koordinator PBL III di Kelurahan Bontorannu, menjelaskan bahwa kegiatan ini akan berlangsung selama 10 hari, terhitung dari hari Senin, 23 Juni 2025 dengan fokus evaluasi intervensi. “Setelah melakukan intervensi atau pelaksanaan program di PBL II untuk mengurangi permasalahan yang telah didapatkan pada PBL I, kami akan melanjutkan tahap evaluasi pada PBL III ini. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat indikator-indikator keberhasilan yang telah kami buat. Jika hasil evaluasi tidak mencapai indikator keberhasilan, maka dapat dikatakan intervensi program tersebut tidak berhasil di wilayah Kelurahan Bontorannu,” jelas Dian Tri Hapsari.
Dalam sambutannya, Kepala Kelurahan Bontorannu, Muh. Tamsil Bani , S.Ag., M.Pd., mengajak seluruh tokoh masyarakat untuk selalu mendukung mahasiswa PBL yang sedang melaksanakan kegiatannya di wilayah Kelurahan Bontorannu. “Saya berharap penuh kepada seluruh kepala lingkungan, perangkat pustu, imam lingkungan, kader posyandu, dan tokoh masyarakat lainnya untuk tetap membantu dan mendukung mahasiswa-mahasiswa ini ketika melaksanakan setiap kegiatannya,” ujar Lurah Bontorannu. Setelah mendengarkan sambutan-sambutan, dilakukan sesi tanya jawab bersama para tamu undangan yang hadir di kegiatan seminar awal PBL III FKM Unhas. Dian Tri salah satu staff kelurahan bertanya terkait permasalahan stunting. “Untuk permasalahan stunting, apakah bisa dijelaskan ulang terkait hal tersebut dek?” “Sesuai observasi yang kami lakukan di PBL I telah didapatkan kurangnya pengetahuan ibu terkait stunting. Maka dari itu, dilakukan intervensi yaitu penyuluhan terkait stunting dan lomba memasak sesuai poster Isi Piringku dan Bahaya Mie Instan. Sebelum dilakukan penyuluhan akan dilakukan pre-test yang dimana hasilnya menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu terkait stunting dan setelah dilakukan penyuluhan diberikan lagi post-test. Hasil nilai post-test menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan setelah diberikan penyuluhan,” jelas Dian Tri Hapsari.
Kegiatan PBL ini disambut baik dari berbagai pihak, terutama masyarakat yang sudah mendapatkan manfaat secara langsung dari intervensi yang telah diberikan sebelum-sebelumnya oleh mahasiswa. Intervensi kesehatan sangat penting untuk mencapai SDGs (Sustainable Development Goals), terutama tujuan nomor 3 yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan. Melalui upaya pencegahan, pengobatan, dan peningkatan akses layanan kesehatan, intervensi ini membantu menurunkan angka kematian, mengendalikan penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan. Program PBL diharapkan terus berlanjut untuk membantu para masyarakat dalam meningkatkan kesehatannya.