Masalah stunting sebagai dampak jangka panjang dari anemia akibat defisiensi zat besi terus menjadi perhatian serius, terutama di wilayah Sulawesi Selatan. Data Riskesdas 2018 mencatat prevalensi anemia pada anak sekolah usia 5–14 tahun di Indonesia mencapai 26%, sementara pada 2023 prevalensi ini meningkat menjadi 29,6% menurut Laporan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan survei kesehatan di Kabupaten Jeneponto pada 2022, prevalensi anemia di kalangan anak usia sekolah mencapai 30%. Sebagian besar kasus ini disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi makanan kaya zat besi serta kurangnya kesadaran akan pentingnya tablet tambah darah (TTD).
Sebagai upaya intervensi, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) dari Posko 2 menggelar kegiatan penyuluhan dan pembagian buku saku di Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Jumat, 24 Januari 2025. Program ini menyasar siswa/i kelas V SD Inpres 233 Bontorea sebagai target utama.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa sekaligus membangun kebiasaan mengonsumsi tablet tambah darah sejak dini,” ujar Afra Alfitria selaku koordinator Posko 2.
Program ini meliputi berbagai aktivitas seperti penyuluhan interaktif, pembagian buku saku edukasi, permainan dengan metode gamifikasi, serta sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab diadakan sebanyak tiga kali selama program berlangsung, dengan hadiah diberikan kepada siswa yang aktif berpartisipasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
Namun, terdapat tantangan dalam pelaksanaan program ini. Salah satu siswa mengalami kesulitan membaca dan memahami materi dalam buku saku. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa dari Posko 2 memberikan bantuan individual dengan mendampingi siswa tersebut secara langsung sehingga ia tetap dapat mengikuti program dengan baik.
Tablet tambah darah (TTD) mengandung zat besi dan asam folat, yang berperan penting dalam produksi sel darah merah dan mencegah anemia. Anak yang kekurangan zat besi cenderung memiliki energi rendah, kesulitan berkonsentrasi, dan berisiko tinggi mengalami stunting.
Menurut data lokal, tingkat konsumsi tablet tambah darah di kalangan siswa di Jeneponto hanya mencapai 45%, yang berarti banyak anak tidak mendapatkan manfaat optimal dari program pemerintah yang telah berjalan. Rendahnya tingkat konsumsi ini menjadi perhatian dalam edukasi yang diberikan pada siswa melalui program ini.
Kegiatan ini secara langsung mendukung beberapa poin dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan menekan angka anemia dan mencegah stunting, program ini mendukung SDG 3: Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan. Anak yang sehat akan memiliki potensi belajar yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Selain itu, peningkatan kesehatan generasi muda secara tidak langsung mendukung SDG 1: Tanpa Kemiskinan, karena keluarga yang sehat akan lebih produktif dan mampu mengurangi beban ekonomi akibat biaya pengobatan.
Edukasi kesehatan yang inklusif juga turut mendukung SDG 10: Mengurangi Ketimpangan, terutama dengan memperluas akses ke informasi kesehatan di daerah tertinggal seperti Kecamatan Bangkala Barat. Program ini memperkuat langkah menuju SDG 11: Kota dan Komunitas Berkelanjutan, dengan menanamkan kebiasaan sehat pada anak-anak sebagai fondasi untuk membangun komunitas yang sehat dan produktif.
Sebanyak 18 siswa mengikuti program ini dengan antusias. Mereka menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat tablet tambah darah dan cara mencegah stunting. Sesi interaktif juga memperlihatkan perubahan sikap siswa terhadap pentingnya konsumsi TTD.
“Seru sekali kak tadi, semua materi dalam buku saku juga mudah dipahami membuat saya tahu apa itu tablet tambah darah dan stunting,” ucap Aisyah, salah satu siswi Kelas V SD Inpres 233 Bontorea. Dengan kolaborasi yang baik antara mahasiswa, guru, dan masyarakat, program ini telah memberikan dampak positif nyata.
“Penambah darah itu sangat penting bagi anak-anak. Banyak yang merasa lemas karena kekurangan darah, padahal dengan tablet ini, energi dan kesehatan mereka bisa lebih terjaga,” ujar Asmawati, salah satu guru di SD Inpres 233 Bontorea.
Melalui upaya ini, Posko 2 berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat. Dengan pendekatan yang lebih personal, edukasi berkelanjutan, dan dukungan dari berbagai pihak, upaya ini diharapkan mampu menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas generasi mendatang di Kabupaten Jeneponto.