Jeneponto, 27 Januari 2025, Setelah sukses melaksanakan intervensi pemasangan poster edukasi tentang Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada 24 Januari 2025, Mahasiswa PBL FKM Unhas Posko 27 kembali hadir di SMPN 5 Tamalatea untuk melakukan evaluasi terhadap efektivitas poster dalam meningkatkan kesadaran gizi remaja putri. Evaluasi dilakukan dengan observasi langsung, wawancara singkat dengan siswi sasaran, serta bersama guru pembina di sekolah.
Kegiatan ini digagas oleh Tim Posko 27 yang terdiri dari seorang dosen supervisor, Ryza Jazid Baharuddin Nur, SKM, MKM., dan tujuh mahasiswa. Anggota tim mahasiswa meliputi Sri Nurmasita dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Nurawaliyah Pasha Dewi dari Departemen Manajemen Rumah Sakit, Naurah Attaya Rahmah dari Departemen Epidemiologi, Ruth Indah Sari Simamora dari Departemen Kesehatan Lingkungan, Rabitatul Azmi dan Joanova Kezia Sinay dari Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, serta Lutfiyah Mardatillah dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Intervensi sebelumnya berupa pemasangan tiga poster edukatif di titik strategis sekolah mading utama, depan perpustakaan, dan dalam kelas 8.1 telah memberikan informasi tentang definisi KEK, penyebab, dampak kesehatan, serta cara pencegahan melalui pola makan sehat. Evaluasi dilakukan guna menilai apakah informasi tersebut benar-benar dipahami dan direspon oleh siswi sebagai target sasaran. Rabitatul Azmi, salah satu mahasiswa PBL Posko 27, menyampaikan bahwa respons dari para siswi cukup positif. “Dari hasil wawancara cepat, sebagian besar siswi mengaku kini lebih memahami pentingnya asupan gizi seimbang dan mulai memperhatikan pola makan mereka. Bahkan beberapa mengaku mulai membawa bekal sehat dari rumah,” ujarnya.
Salah satu siswi, Nur Atisa dari kelas 8.1, mengatakan, “Saya jadi tahu bahwa KEK bisa membuat saya cepat lelah dan sulit konsentrasi. Sekarang saya lebih sering makan buah dan sayur.” Sementara itu, Guru SMPN 5 Tamalatea, Ibu Sumiati, S.pd.,Gr. Menyatakan, “Poster ini efektif, apalagi ditempatkan di titik yang sering dilalui siswa. Saya lihat beberapa siswa bahkan membaca dan mendiskusikan isi poster di sela istirahat.” Namun demikian, dari evaluasi juga ditemukan bahwa sekitar 30% siswi masih belum membaca atau memahami isi poster secara menyeluruh, khususnya yang tidak duduk di kelas 8.1. Hal ini menjadi catatan bagi tim PBL untuk meningkatkan strategi distribusi informasi di masa mendatang, misalnya dengan menambahkan sesi diskusi kelompok kecil atau games edukatif.
Selain itu, hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa pendekatan visual seperti poster cukup efektif sebagai media komunikasi kesehatan di lingkungan sekolah. Namun, efektivitasnya akan lebih optimal jika dibarengi dengan aktivitas interaktif lainnya seperti penyuluhan langsung, kuis kesehatan, maupun kompetisi antar kelas tentang isi poster. Keterlibatan guru dan tenaga pendidik dalam memperkuat pesan dari poster juga sangat penting untuk memastikan kesinambungan pengetahuan yang diberikan. Evaluasi ini merupakan bagian dari upaya monitoring dan tindak lanjut program intervensi yang berkontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama pada tujuan ke-3 (Kesehatan dan Kesejahteraan) dan tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas). Dengan melakukan penilaian terhadap dampak intervensi, mahasiswa dapat memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar menjangkau dan mengubah perilaku sasaran..
Kegiatan ini juga menjadi refleksi penting bagi mahasiswa tentang bagaimana menyusun intervensi yang adaptif terhadap kebutuhan sasaran dan kontekstual terhadap lingkungan sekolah. Pendekatan berbasis partisipasi dengan melibatkan siswa dalam proses evaluasi dan mendengarkan aspirasi mereka terbukti memberikan insight yang berharga dalam merancang program edukasi yang lebih relevan dan berkelanjutan. Kegiatan evaluasi ini sekaligus menjadi bentuk komitmen mahasiswa PBL dalam mengimplementasikan pendekatan edukatif berbasis komunitas dan bukti lapangan. “Evaluasi ini bukan akhir, melainkan langkah lanjut untuk menyempurnakan pendekatan edukasi kami. Kami berharap ada kesinambungan informasi gizi di sekolah, tidak hanya dari kami, tetapi juga dari pihak sekolah sendiri,” tutup Rabitatul Azmi.