Makassar, 20 Agustus 2025 – Agustus bagi pegiat kesehatan masyarakat dikenal sebagai Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), sebuah program pemerintah sebagai bagian dari komitmen nasional dalam melindungi anak-anak usia sekolah dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Program BIAS secara nasional merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024, yang mewajibkan penyelenggaraan sekolah sehat, termasuk pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dasar, dan pembinaan lingkungan sehat yang mendukung tumbuh kembang peserta didik.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) turut mengambil bagian dalam upaya menyukseskan BIAS tahun 2025 dengan melakukan serangkaian edukasi kesehatan pada beberapa sekolah dasar. Kegiatan ini selaras dengan upaya pencapaian SDGs 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Mempromosikan imunisasi dapat melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dan kematian. Kegiatan dimulai dengan Pelatihan Komunikator Imunisasi HPV pada tanggal 9 Agustus 2025 yang diikuti oleh 12 orang mahasiswa. Untuk memantapkan agenda edukasi pada anak sekolah dasar dilakukan simulasi pada tanggal 11 Agustus 2025.
Aksi edukasi imunisasi HPV berlangsung tanggal 14 – 20 Agustus 2025 pada beberapa sekolah dasar di Kecamatan Tamalanrea. Kegiatan edukasi menyasar siswa kelas 5. Mahasiswa yang terjun melakukan edukasi tersebut yaitu Andi Muh. Al Aqza Yusuf, Nadia Alifianni Masbar, Annisa Riski Awalia, Febri Ani, Andi Tis’a Ramadhani, Nur Inayah Dwiyull Kasbayl Arsyam, Dian Novitasari, Zhafirah Yustiani, Muzdalifah Karyadi, Nia Putri Rahmadani, Magfirah Tahrim, dan Anna Septi Aryani di bawah bimbingan dosen Muhammad Rachmat dan Andi Selvi Yusnitasari.
“Imunisasi BIAS pada anak usia sekolah dasar perlu dilakukan karena kekebalan atau antibodi yang diperoleh anak dari ibunya saat baru lahir dan imunisasi yang diterima saat bayi, akan menurun seiring dengan bertambahnya usia,” jelas Muhammad Rachmat.
Metode edukasi yang digunakan adalah Komunikasi Antarpribadi (KAP) yang dikembangkan oleh RCCE+ dengan tahapan pemanasan, bermain dan belajar, belajar dan bermain, dan kunci komitmen. Melalui metode KAP ini, komunikator memberikan gambaran tentang kanker serviks secara sederhana, dan penjelasan mengenai pentingnya vaksin HPV sebagai langkah pencegahan kanker serviks. Siswa diberikan pemahaman sederhana mengenai apa itu kanker serviks, apa itu vaksin HPV, dan bagaimana manfaat vaksin HPV dalam melindungi kesehatan reproduksi di masa depan. Siswa diajak bernyanyi dan bermain tentang imunisasi HPV dan sesi interaktif berupa tanya jawab untuk memastikan siswa memahami informasi yang diberikan. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul, mulai dari cara kerja vaksin hingga pentingnya menjaga kesehatan secara umum.
“Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sejak dini mengenai kanker serviks dan membangun kesadaran tentang pentingnya vaksinasi HPV,” ujar Dian Novitasari.
“Lebih jauh, kegiatan ini juga mendukung program pemerintah dalam upaya menurunkan angka kejadian kanker serviks di Indonesia melalui imunisasi di usia sekolah dasar dengan target sasaran siswi kelas 5,” tutup Dian Novitasari.
Semoga aksi edukasi ini sebagai langkah nyata dalam melindungi generasi muda dari ancaman kanker serviks di masa depan.